infertilitas


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Apabila banyaknya pasangan infertile di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertile di seluruh Indonesia.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertile memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini, atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor, "bayi tabung",atau membesarkan janin di rahim wanita lain.
Di Indonesia masih langkah sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas. Kalaupun ada, masih terlampau sering dokter dan perawatnya belum menghayati duka-nestapa pasangan yang ingin anak itu. Madis terlampau banyak pasangan yang terpaksa menahan perasaannya karena tidak merasa disapa, bahkan dilarang banyak bicara oleh dokternya. Mereka berobat dari sutu dokter ke dokter lain karena kurang bimbingan dan penyuluhan tentang cara-cara pengelolaan pasangan infertile.
Sesungguhnya keluarga berencana demi kesehatan tidak pernah lengkap tanpa penanggulangan masalah infettilitas. Di tinjau dari sudut kesehatan, keluarga berencana harus meliputi pencegahan dan pengobatan infertilitas, apalagi kalau kejadiannya sebelum pasangan memperoleh anak-anak yang diinginkannya. Lagipula penanggulangan infertilitas berdampingan dengan pelayanan keluarga berencana itu membuat yang terakhir lebih mudah dapat diterima, karena program seperti itu jelas memperhitungkan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.


1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini meliputi :
1.      Apakah pengertian dari infertilitas ?
2.      Apa saja ethiologi dari infertilitas ?
3.      Bagaimana WOC dari infertilitas?
4.      Bagaimana patofisiologi dari infertilitas ?
5.      Bagaimana manifestasi klinis dari infertilitas?
6.      Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk penyakit infertilitas ?
7.      Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit infertilitas ?
8.      Bagaimana asuhan keperawatan teori dari infertilitas ?

1.3  Tujuan
A.    Tujuan Umum
Makalah Asuhan Keperawatan ini dibuat sebagai pedoman atau acuan kami dalam membandingkan antara teori dan praktik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan infertilitas, serta untuk mengetahui informasi-informasi mengenai infertilitas lebih dalam.
B.     Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui pengertian dari infertilitas
2.      Untuk mengetahui ethiologi dari infertilitas
3.      Untuk mengetahui WOC dari infertilitas
4.      Untuk mengetahui patofisiologi dari infertilitas
5.      Untuk mengetahui manifestasi klinis dari infertilitas
6.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk penyakit infertilitas
7.      Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit infertilitas
8.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori dari infertilitas

1.4  Manfaat
1.      Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan infertilitas agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2.      Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang infertilitas lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari infertilitas.
3.      Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan infertilitas sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik
4.      Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang infertilitas sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut ahli reproduksi endokrinologi, infertilitas adalah :
-          Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
-          Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
-          Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).
-          Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun
Ada 2 jenis infertilitas :
Infertilitas primer : bila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
Infertilitas sekunder : bila istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
(en.wikipedia.org, www.emedicine health.com, inasoengkowo, 2009)

2.2 Ethiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a.      Pada wanita
·      Gangguan organ reproduksi
1.      Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina
2.      Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3.      Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
4.      Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
·      Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
·      Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
·      Endometriosis
Kondisi menebalnya lapisan endometrium di tuba falopii atau ovarium. Kondisi ini sering menimbulkan kista. Kista dapat mengganggupematangan folikel dan pelepasan sel telur.
·      Abrasi genetis
Translokasi Robertsonian menyebabkan aborsi spontan atau infertilitas primer



·      Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
·      Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
·      Usia
Usia 35 tahun peluang seorang wanita akan hamil adalah 95% setelah rutin melakukan hubungan seks selama 3 tahun, pada wanita 38 tahun peluangnya akan turun menjadi 75%.
b.      Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
·         Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
·         Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
·         Abnormalitas ereksi
·         Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
·         Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
·         Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
·         Abrasi genetik

2.3 WOC
2.4 Manifestasi Klinis
1. Wanita
·      Terjadi kelainan system endokrin
·      Hipomenore dan amenore
·      Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
·      Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
·      Wanita infertil dapat memiliki uterus
·      Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
·      Traktus reproduksi internal yang abnormal
2. Pria
·      Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
·      Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
·      Hipertiroidisme dan hipotiroid
·      Tumor hipofisis atau prolactinoma
·      Disfungsi ereksi berat
·      Ejakulasi retrograt
·      Hypo/epispadia
·      Mikropenis
·      Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
·      Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
·      Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
·      Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
·      Abnormalitas cairan semen


2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan Fisik
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai )
2.      Pemeriksaan System Reproduksi
a.    Wanita
·      Deteksi Ovulasi
1.  Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature)
2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma

·      Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
·      Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
·      Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ).
·      Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
·      Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
·      Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
·      Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
b.    Pria
·      Analisa Semen
Parameter :
-   Warna Putih keruh
-   Bau Bunga akasia
-   PH 7,2 – 7,8
-   Volume 2 – 5 ml
-   Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
-   Jumlah sperma 20 juta / ml
-   Sperma motil > 50%
-   Bentuk normal > 60%
-   Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
-   persentase gerak sperma motil > 60%
-   Aglutasi Tidak ada
-   Sel – sel Sedikit,tidak ada
-   Uji fruktosa 150-650 mg/dl
·      Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
·      USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
·      Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
·      Uji penetrasi sperma
·      Uji hemizona

2.6    Penatalaksanaan
1.      Wanita
·            Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital
·           Pemberian terapi obat, seperti;
a.    Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
b.    Terapi penggantian hormon
c.    Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
d.   Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
·           GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
·           Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
·           Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate
·           Pengangkatan tumor atau fibroid
·           Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2.      Pria
·         Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
·         Agen antimikroba
·         Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
·         HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
·         FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
·         Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
·         Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
·         Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
·         Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
·         Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida 




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
B. Riwayat kesehatan
1) Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
• Tumor hipofisis atau prolaktinoma
• Riwayat penyakit menular seksual
• Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Endometriosis dan endometrits
• Vaginismus (kejang pada otot vagina)
• Gangguan ovulasi
• Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
• Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
d. Riwayat Obstetri
• Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
• Mengalami aborsi berulang
• Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
• Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
• Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
• Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Disfungsi ereksi berat
• Ejakulasi retrograt
• Hypo/epispadia
• Mikropenis
• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
• Saluran sperma yang tersumbat
• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
C. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.
D. Pemeriksaan penunjang
a. Wanita
• Deteksi Ovulasi
• Analisa hormon
• Sitologi vagina
• Uji pasca senggama
• Biopsy endometrium terjadwal
• Histerosalpinografi
• Laparoskopi
• Pemeriksaan pelvis ultrasound
b. Pria
• Analisa Semen
• Parameter
• Warna Putih keruh
• Bau Bunga akasia
• PH 7,2 – 7,8
• Volume 2 – 5 ml
• Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
• Jumlah sperma 20 juta / ml
• Sperma motil > 50%
• Bentuk normal > 60%
• Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
• persentase gerak sperma motil > 60%
• Aglutasi Tidak ada
• Sel – sel Sedikit,tidak ada
• Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
• USG
• Biopsi testis
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona

3.2 Diagnosa Keperawatan
1.    Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic
2.                Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
3.    Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi
4.    Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas
5.    Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas, alternatif untuk terapi
6.    Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil
7.    Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk
8.    Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik
9.    Ketidakberdayaan b.d kurang control terhadap prognosis
10.    Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya

3.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan:
1.Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
Tujuan : Mengurangi ansietas / rasa takut
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur
Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosis dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah.
Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya
Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi
Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat

Diagnosa Keperawatan:
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran
Diri
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
2.Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3. Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI
RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil
Menunjukan kesopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya
Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien
Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya
Membantu pasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi
Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau kemudian

Diagnosa Keperawatan:
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan : Memfasilitasi proses berduka
Kriteria Hasil:
1.Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI
RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas
kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar - menawar, depresi, penerimaan
Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu induvidu menghadapi rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan
Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon – respon fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek – aspek fisik dari rasa berduka
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk
Identifikasi dari masalah – masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai petunjuk
Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan

Diagnosa Keperawatan:
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostik
Tujuan : nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas klien teratur
INTERVENSI
RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik
kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran (PQRST)
Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap karakteristik nyeri
Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesik sesuai waktu
Berikan tindakan relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat
Menurunkan tegangan otot dan meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas efektif
Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi
Mengontrol aktivitas terapeutik

Diagnosa Keperawatan:
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
Tujuan : mengembalikan kemandirian pasien
Kriteria Hasil:
1.Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
 2.Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri
 3.Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melaukan kebutuhan sehari – hari
Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
Hindari melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri
Sadari perilaku / aktivitas impulsif karena gangguan dalam mengambil keputusan
Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan keamanan pasien
Pertahankan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya
Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten

Dx  Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga
Kriteria Hasil:
1.Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
 2.Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah
 3.Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber
4. Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Kembangkan mekanisme adaptif
mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari
Bantu klien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stresor
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal dalam rencana pengobatan
Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu.
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realisti untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya 

 di kutip dari materi kampus

Komentar